Pasca Tewas Bapak Nuklir Iran, Haifa Israel Terancam Diserang

0
Ilmuwan nuklir paling senior Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh di dekat ibu kota Teheran.

Siasatinfo.co.id, Timur Tengah – Pasca tewasnya bapak nuklir Taheran yaitu Mohsen Fakhrizadeh, reaksi keras Iran akan serang kota pelabuhan Haifa Israel lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan AS di Irak

Iran didesak untuk menyerang Haifa, kota pelabuhan di Israel, setelah ilmuwan nuklirnya dibunuh. Para pejabat Teheran menuduh Zionis Israel berperan dalam pembunuhan ilmuwan bernama Mohsen Fakhrizadeh tersebut.

Desakan itu muncul dalam opini di surat kabar garis keras yang pemimpin redaksinya adalah salah satu penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollahh Ali Khamenei di masa lalu, Hossein Shariatmadari.

Parlemen Iran pada hari Minggu mengadakan sidang tertutup tentang pembunuhan Fakhrizadeh. Setelah itu, Ketua Parlemen Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan musuh Iran harus dibuat menyesal karena telah membunuhnya.

“Musuh kriminal tidak menyesal kecuali dengan reaksi yang keras,” katanya kepada radio pemerintah Iran.

Analis membandingkan Fakhrizadeh dengan J Robert Oppenheimer, ilmuwan yang memimpin Manhattan Project AS dalam Perang Dunia Kedua yang mengembangkan bom atom.

Fakhrizadeh mengepalai apa yang disebut program Amad di Iran yang diduga Israel dan Barat sebagai operasi militer yang melihat kelayakan untuk membangun senjata nuklir.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa “program terstruktur” itu berakhir pada tahun 2003. Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.

Opini di surat kabar Kahyan yang diterbitkan hari Minggu (29/11/2020) menyatakan Teheran harus menyerang Haifa jika Israel terbukti membunuh Fakhrizadeh. Haifa disarankan jadi target karena selain bisa menyebabkan kerusakan fasilitas, juga akan menyebabkan banyak korban jiwa.

Pemerintah Israel secara resmi belum berkomentar tentang tuduhan terlibat dalam pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh d timur Teheran pada hari Jumat pekan lalu.

Opini yang ditulis analis Iran; Sadollah Zarei, tersebut mengatakan bahwa reaksi Iran terhadap dugaan serangan udara Israel yang menewaskan pasukan Garda Revolusi di Suriah selama ini tidak cukup jauh untuk menghalau Israel.

“Menyerang Haifa dan membunuh sejumlah besar orang pasti akan mengarah pada pencegahan, karena Amerika Serikat (AS) dan rezim Israel serta agennya sama sekali tidak siap untuk mengambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer,” tulis Zarei, yang dikutip Reuters, Senin (30/11/2020).

Dia mengatakan serangan terhadap Haifa harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan AS di Irak setelah serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan jenderal senior Iran, Qassem Soleimani, di Irak pada Januari lalu.

Haifa, di Laut Mediterania, telah diancam di masa lalu oleh Iran dan sekutunya; kelompok Hizbullah Lebanon.

Pada Februari 2016, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyarankan untuk menyerang gudang amonium nitrat Haifa. Amonium nitrat adalahh bahan pupuk yang sangat mudah menguap yang memicu ledakan mematikan seperti di pelabuhan Beirut pada Agustus lalu yang menewaskan sedikitnya 192 orang dan melukai 6.500 lainnya.

Nasrallah mengatakan kemampuan menyerang fasilitas amonium nitrat itu seperti Hizbullah memiliki bom nuklir.

Pernyataan itu membuat pejabat Israel buru-buru membuat opsi memindahkan amonium nitrat dari jarak hantam.

Meskipun Kayhan adalah surat kabar yang peredarannya kecil di Iran, namun pemimpin redaksinya; Shariatmadari, ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan telah digambarkan sebagai penasihatnya di masa lalu.(Red).

Tinggalkan Balasan