Siasatinfo.co.id Berita Kerinci – Tak tanggung – tanggung penggelontoran dana sebesar Rp 39 Miliar dialokasikan untuk pembangunan jalan nasional di Kerinci, kini kembali menuai sorotan miring para pengguna jasa jalan tersebut.
Soalnya, pengaspalan dan bahu jalan yang dikerjakan pihak kontraktor dari PT. Prima Pembangunan Kerinci (PPK) milik Andi anak H Yusuf warga Semurup itu, dinilai asal – asalan kerja.
Menurut hasil investigasi langsung siasatinfo.co.id dilokasi, Sabtu 19/04/2020, pelaksanaan pekerjaan Jalan Nasional oleh PT.PPK selain menuai sorotan asal kerja, pihak Satker Balai Jambi, PPK, Konsultan Pengawas, sepertinya enggan mengawasi pekerjaan kontraktor ini secara ketat.
Terbukti ditemukan dilapangan, 2 hari siap di aspal sudah alami keretakan dan kerusakan, terutama dilokasi, Desa Sungai Lebuh, Kecamatan Siulak sekitar 100 meter aspal ditemukan retak – retak.
Selanjutnya, lokasi Desa Plak Gedang sekitar 50 meter siap di aspal juga banyak ditemukan aspal retak dan rusak.
Proyek Preservasi Jalan Nasional Sungai Penuh – Letter W – Batas Sumbar tahun 2020 dengan nilai Rp. 39 miliar, pengawasannya mesti lebih ketat. “kita tidak ingin penggelontoran dana miliaran dari BPJN Jambi, titik pekerjaannya jadi mubazir,”ungkap Joni Lsm Tipikor.
Sementara itu, pihak LSM Perisai Cobra juga menyorot keras hasil pekerjaan asal – asalan kontraktor dari PT. PPK Proyek dari Balai Pekerjaan Jalan Nasional (BPJN) Jambi ini perlu pengawasan sejak awal.
“kita sengaja kawal ini sejal awal, karena itu Satker BPJN Jambi, Konsultan pengawas, rekanan, dan pihak PPK harus menjelaskan ini” ungkap Ija Ketua LSM Perisai Kobra kepada siasatinfo.co.id.
Bukan hanya pengaspalan saja, kejanggalan pelaksanaan pekerjaan bahu jalan asalan dikerjakan juga terjadi di Pelompek – Leter W, pengecoran saat hujan dengan mobil molen, semen hanyut batu kerikil menonjol dipermukaan sepanjang jalan.
“Kami lihat mereka cor semen dibahu jalan oleh pekerja pas hari hujan, tapi mereka sepertinya tidak ada teguran dari pihak pengawas.
“Coran semen pakai mobil molen saat hujan yang tinggal tentu pasir dan kerikil bercampur tanah, pasirnya malah bercampur tanah. Kerja mereka ini asli amburadul lah pak,”ungkap salah satu warga kepada siasatinfo.co.id.(Jm/red).