Siasatinfo.co.id, Jakarta – Soal rekontruksi yang dilakukan oleh Bareskrim Polri terkait penembakan enam Laskar Front Pembela Islam (FPI), Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ahmad Taufan Damanik menyebut pihaknya menghormati.
Seperti diketahui, kegiatan rekonstruksi penembakan laskar FPI oleh polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek dilakukan pada Senin (14/12) dini hari.
“Ya kami menghormati rekonstruksi yang dibuat oleh pihak Polri. Itu kan versi mereka, ya,” ujar Taufan di Kantor Komnas HAM, Senin (14/12) kepada awak media.
Proses rekonstruksi tersebut dikawal oleh ratusan personel kepolisian dari Polres Karawang, Polda Jabar, dan Polda Metro Jaya dan berlangsung kurang lebih empat jam, mulai pukul 00.35 hingga 04.30 WIB.
Taufan memaparkan bahwa Komnas HAM akan tetap melakukan penelusuran fakta, data, serta memanggil sejumlah pihak yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Hasil penelusuran itu akan diklarifikasi kepada beberapa pihak, termasuk para saksi yang telah ditemui di lapangan.
“Komnas HAM punya mandat sebagai lembaga negara independen akan menelusuri data dan informasi yang kami kumpulkan sendiri. Nanti kami kroscek juga pada pihak kepolisian dan pihak lainnya, termasuk saksi-saksi lapangan yang sudah kami temui,” ungkapnya.
Taufan mengungkapkan tugas investigasi untuk membuat kasus ini menjadi terang merupakan tantangan tersendiri bagi Komnas HAM.
Apalagi, Presiden Joko Widodo meminta langsung pada Komnas Ham untuk mengusut tuntas kasus ini.
“Kami harus mengungkap apa yang sebenar-benarnya, bukan apa yang diinginkan oleh pihak tertentu. Kan pihak tertentu maunya digiring ke sini, yang di sana lain lagi. Nah, kami tidak mau,” tegasnya dilansir dari GenPi.co.
Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan rekonstruksi lebih awal dibandingkan dengan yang dilakukan oleh polisi.
“Kami lebih luas, bukan hanya empat titik. Karena memang fokusnya bukan hanya konteks di area KM 50, tapi kami kembangkan hingga ke area sentul di KM 0 sampai KM 48. Kami dapat duluan. Komnas HAM datang duluan, dapat info duluan, info dari masyarakat,” beber Anam.
Anam membeberkan, bahwa dia dan tim bukan hanya sekali datang ke area yang tempat kejadian perkara tapi sudah mendatanginya bolak-balik sampai lima kali.
“Kami cocokan dengan jam yang sama, mulai dari jam 11 sampai jam 4 pagi. Kami susuri satu persatu,” jelasnya.
Karena datang lebih awal dan belum ramai diberitakan, Anam mengaku mendapatkan banyak informasi langsung dari masyarakat di sekitar tempat kejadian.
“Kami dapat lumayan banyak termasuk di luar jalan tol. Kami dapat dari penjual buah, pedagang kaki lima, pegawai alfamart, alfamidi sampai hotel,” bebernya.
Menurut masyarakat sekitar, waktu itu situasi sepi karena sudah masuk hari Senin. Padahal, di malam-malam biasanya, terutama Sabtu dan Minggu situasi ramai.
Untuk mendapatkan informasi dari masyarakat tersebut, Anam dan tim bahkan rela harus berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk mengumpulkan informasi penting tersebut. Termasuk metode dan alat yang jarang digunakan oleh Komas HAM sendiri.
Hasilnya, Komnas HAM mengaku mendapatkan benda yang bukan hanya bisa dilihat, tapi juga benda yang bisa dipegang dan bisa dibawa ke kantor untuk diperiksa.
Menurut Anam, Komnas HAM bekerja lebih awal dari aparat kepolisian, karena keberhasilan dalam mengungkap kasus ini memang terletak pada kecepatan dalam bekerja.
“Peristiwa seperti ini biasanya malam. Situasi lumayan cepat. Karena itu kecepatan bekerja akan menentukan,” ungkapnya.(Ynr/Red).