Soal Pungli Di PLTA Kerinci, Harplus Vs Mustafa Saling Salahkan

0

Siasatinfo.co.id Berita Kerinci,-Soal dugaan Pungli ratusan juta terkait penerimaan tenaga kerja di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Napal Energi, Ujung Ladang, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci Jambi, menuai reaksi saling menyalahkan antara Harplus ( Asisten Ka.PLTA saat ini-Red) dan Mustafa pekerja dari PT Hayora Power Sub PT PLN cabang Sungai Penuh.

Keterangan yang berhasil dihimpun Siasat Info (siasatinfo.co.id), kepada Mustafa baru ini, hasil pungutan uang dari para calon tenaga kerja semua disetorkan kepada Yudi Pratama (Manager) dan Harplus (Asisten Manager).

“Semua uang itu kita langsung setorkan kepada mereka berdua. Malah sampai saat ini masih ada uang saya sebesar Rp 47 juta dengan Haplus.

Saya sudah habis gara-gara ini. Satu mobil kijang Kapsul saya masih disita orang, dengan janji Haplus untuk menggantinya. Sampai sekarang belum juga dia ganti,” Ujar Mustafa dengan raut muka sedih kepada siasatinfo.co.id.

Dikatakan lagi oleh Mustafa, Dia ( Harplus -Red), tidak bisa mengelak dari kejadian ini. Memang dia dan Yudi saat itu sebagai Manager PLTA Ujung Ladang saat itu.

“Bukti pernyataan yang diteken Harplus diatas materai 6000, bersedia mengganti uang saya masih ada tu.Saya minta segera mungkin uang saya dikembalikan Harplus dari Rp 297 Juta total pungutan kepada calon tenaga kerja yang melalui saya saat itu,”ungkap Mustafa.

Sementara itu, Harplus yang saat ini menjabat sebagai kepala PLTA Napal Energi Ujung Ladang, dihubungi Via Handphone oleh siasatinfo.co.id, Minggu 23/06/2019 sekitar 20:00 WIB, menyebutkan bahwa dirinya tidak terlibat soal Pungli ini.

“Mana ada saya terlibat soal pungutan uang untuk penerimaan tenaga kerja disini. Semua itu dilakukan oleh Mustafa bersama rekan – rekannya.

“Malah saya yang dirugikan oleh mereka yang terpaksa mengeluarkan uang untuk menggantinya. Saya terpaksa mengganti uang tenaga kerja yang protes terhadap pungutan ini,”ujar Harplus mengelak tudingan Mustafa.

“Ada 20 orang lebih calon tenaga kerja yang dimintai uang sebesar Rp 40 juta/ orang oleh Mustafa.

“Janji mereka anak kami digaji Rp 2,5 juta per bulan. Setelah masuk taunya anak kami digaji cuma Rp 1,5 juta. Setelah beberapa bulan saja malah anak kami dirumahkan.

Kami tertipu sekali atas pungutan uang oleh mereka ini. Kalau tidak dibayar Rp 40 juta per orang tentu tidak diterima kerja. Saat itu, kata Mustafa, Malam ini harus sudah ada uang Rp 40 juta, kalau tidak besok sudah ada penggantinya,” Ungkap Aburahim menirukan ucapan Mustafa saat itu. (Ris/Red).