Oleh: Hasan Basri, SH.MH.C.med CPCLE
Siasatinfo.co.id, Kerinci – Dalam Pesta Demokrasi adalah ajang masyarakat mencari pemimpin yang memiliki kualitas Etikabilitas, Elektabilitas dan Intelektualitas yang baik serta familiar dengan masyarakat umum tanpa membedakan suku dan budaya.
Seorang calon pemimpin memiliki Etikabilitas yang baik adalah dilihat dari seseorang calon itu bersikap jujur, sopan dalam bersikap, yang berkaitan dengan Moral atau akhlak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika sendiri didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika seorang pemimpin dapat menjadi standar moral, memberikan batas yang jelas antara baik dan buruk, serta menjadi pedoman pemimpin dalam pengambilan keputusan.
Etika juga akan menuntut pemimpin untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan norma kepantasan dalam hubungan sosial.
Dengan belajar menjaga sikap dan mengolah emosi negatif.
Sikap yang tampak di luar menunjukan sikap asli yang lahir dari hati seorang calon yang tidak mampu mengendalikan emosional, biasanya orang seperti ini suka mendahulukan otot dari pada memainkan logikanya.
Tampak beberapa sikap calon pemimpin dalam penyampaian orasi pidato politiknya yang terkesan berbau sara dapat menimbulkan konplik dalam Pilkada Damai. Sepertinya HTK lebih mengedepankan sikap emosional dengan beropini tanpa fakta pengalaman.
Serta merta HTK menunjukan sikap arogan dan antipati terhadap wilayah, suku khususnya yang ia sebut orang Mudik tentu (Siulak sampai Telun Berasap Leter W- Red) yakni, Tigo Luhah Tanah Sekudung.
Dan untuk Kayu Aro dan Gunung Kerinci hingga Kecamatan Gunung Tujuh diminta cerdas memilih pemimpin kerinci kedepannya.
Ucapannya tentu memicu putra-putri asli Siulak umumnya 3 Luhah Tanah Sekudung, Siulak sampai Leter W terpancing dan merasa sangat terhina serta direndahkan Calon Pemimpin Kerinci.
Tak heran rasa kesal dalam hatinya berontak dan mendidih hati, terbangun jiwanya bila suku kaumnya di hina dan dilecehkan saat pesta demokrasi berjalan yang harusnya tercipta kedamaian.
“Saya mengingatkan kepada Masyarakat Kabupaten Kerinci, khusus Gunung Kerinci, Kayu Aro Sekitarnya, sebelum memilih salah salah satu Paslon dari nomor urut 1. 2. 3. 4, harus benar-benar teliti, cerdas.
Timbang-timbang terlebih dahulu dengan melihat sikap pemimpin yang beretika, santun dan bermoral tanpa berbau Rasisme ataupun Sara yang memicu perpecahan dalam masyarakat.
Katakan tidak untuk pemimpin yang anti wilayah suku tertentu, karena pemimpin yang seperti ini sangat berbahaya di mata masyarakat. Baru Calon Bupati saja sudah menunjukkan Etikabilitas yang kurang baik.”
“Saat ini kita sadar bahwa kabupaten Kerinci masih jauh tertinggal dari daerah-daerah yang lain. Kerinci tidak sedang baik-baik saja, banyak sektor yang harus dibenahi baik dibidang birokrasi, infrastruktur, pertanian, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lainnya,”ujarnya Hasan Basri selaku praktisi hukum (Pengacara).
Jadi PR bagi pemimpin kedepan adalah memiliki pekerjaan yang sangat berat dan tidak bisa dengan pola pikir egoisme dan mendadak belajar saat terpilih nanti.
Tetapi jika sudah dimulai dengan cara sikap pemimpin dan kroninya, memasang niat mengotak-kotakan, menjelek-jelekkan kaum dan suku tertentu justru menjadi batu sandungan.
Jika Dia (Cabup) terpilih nanti dan dipastikan tidak akan tercapai membangun kerinci secara merata dan lebih baik serta berkeadilan sangat diharapkan semua masyarakat Sakti Alam Kerinci.**