
Siasatinfo.co.id, Berita Kerinci – Sarat dengan dugaan korupsi, proyek swakelola senilai Rp 800 juta terkesan asalan dikerjakan pelaksana lapangan Dinas PUPR Kerinci, Provinsi Jambi.
Saat ini pihak pelaksana Bidang Bina Marga tuai tudingan fisik pokok dari pekerjaan biar kurang asalkan uang keuntungan masuk kantong lebih besar.
Ironisnya, Proyek Swakelola mesti contoh pekerjaan fisik secara maksimal bukan ajang cari untung besar, ini malah hasil kerjaannya lebih parah dari kontraktor.
Terbukti, proyek swakelola baru saja usai dikerjakan Yalpani selaku PPTK Dinas PUPR lokasi jalan Renah Pemetik menuju Sungai Kuning, Kabupaten Kerinci Jambi, menuai sorotan miring.
Fisik kerja saat ini tuai sorotan lantaran terjadi muatan yang sarat dengan penggelembungan anggaran oleh pelaksana kegiatan dan mesti dipertanggungjawabkan Kadis PUPR bersama Vidra selaku Kabid Bina Marga dan Yalpani selaku pelaksana.
Diketahui, kegiatan swakelola dilaksanakan PUPR anggaran tahun 2021 senilai Rp. 800.000.000, ( Rp 800 juta ) dengan item pekerjaan fisik secara spot – spot yakni, perkerasan dan timbunan serta galian parit mulai titik nol rumah kaca Pasir Jaya hingga Sungai Kuning.
Berhasil diperoleh informasi oleh siasatinfo.co.id, Kamis (6/1/22) pekerjaan fisik proyek swakelola dilaksanakan lokasi tersebut banyak ditemukan kejanggalan fisik dan kecurangan kerja. Sejumlah dana pelaksanaan kegiatan sarat dengan korupsi yang diduga masuk kantong pelaksana.
“Kondisi parah dilokasi Lubuk Tabun link Sungai Kuning hanya bikin parit tanpa ada timbunan material sedikit pun.
Bahkan parahnya, jalan di lokasi dua Desa lubuk Tabun Sungai Kuning untuk pembuatan parit terpaksa patungan keluarkan uang beli minyak ekskavator sebanyak 20 derigen agar pihak pelaksana mau melanjutkan kerja sampai lokasi mereka.”
“Itu pun pihak Yalpani mau lanjutin kerja karena di demo masyarakat dari dua desa, dan mereka ditawar kalau minyak alat dibayar warga dua desa yang terpaksa warga bayarkan,”ungkap sumber siasatinfo.co.id.
Diungkapkan sumber lagi, jalan yang dikerjakan dengan Swakelola di Bidang Bina Marga yang dilaksanakan Yalpani dengan bendahara Desi Amelia serta para pekerja dump truck merupakan keluarga pelaksana.
“Wajarlah dikalangan dinas PUPR ribut bilang ini Swakeluarga bukan Swakelola. Kalau kondisi fisiknya bagus mungkin masyarakat tidak persoalkan, tapi kondisi fisik sekarang lebih parah dari awal sebelum dikerjakan.
“Dua titik rumah kaco jelang kantor kehutanan itu tidak bisa dilewati pengendara umum lagi. Yang bisa lewat situ harus mobil doble gabin,”jelasnya.
Sementara menurut Yalpani, pekerjaan swakelola sudah sesuai prosedur pekerjaan.” Sepanjang 7 kilometer kita kerjakan dengan waktu 3 bulan kerja.
“Soal ada titik yang rusak nanti kita perbaiki lagi. Tapi soal adanya swadana masyarakat dua desa beli BBM alat berat ekskavator, itu tidak ada sama sekali,”ujar Yalpani menepisnya kepada siasatinfo.co.id.
Lain lagi menurut salah satu anggota Dewan Kerinci, dia menyoroti hasil kerjaan fisik swakelola ini jalan Renah Pemetik Sungai Kuning asal -asalan. ” Masak hasil kerja swakelola yang mestinya sebagai contoh bagi rekanan kontraktor kerjaannya lebih parah.
“Swakelola bukan ajang cari untung besar seperti kontraktor, tapi membantu masyarakat agar akses transportasi ekonomi berjalan lancar.
“Hasil kerjanya saja paling ada 1,8 kilometer dengan habiskan dana Rp 800 juta. Hasil kerja fisik Swakelola ini sangat perlu kita cek ke lapangan,”ujarnya ke Siasatinfo.co.id.(Wn/Ml/Red)